Cerita Dekor Aan, Episode 2: Percikan Harapan di Pesta Pertama


 

Episode 2: Percikan Harapan di Pesta Pertama

Pagi itu, Aan terbangun lebih awal dari biasanya. Langit masih gelap, dan deru kendaraan yang mulai ramai terdengar di jalan depan kos-kosannya. Sebuah pesan yang ia terima semalam masih terbayang dalam pikirannya. Meski itu hanya pekerjaan kecil, ia tahu ini adalah kesempatan yang sudah lama ia tunggu-tunggu. Tanpa menyia-nyiakan waktu, Aan mengeluarkan daftar barang yang telah ia catat semalam, memastikan setiap detail tercatat dengan teliti.

"Bunga-bunga segar, kain putih untuk meja, beberapa lilin," gumamnya sambil memeriksa daftarnya. Ia menyiapkan diri, meraih jaket, dan keluar dari kamarnya untuk menuju pasar pagi di pinggir kota. Pasar ini terkenal dengan harganya yang murah dan menyediakan segala yang Aan butuhkan untuk dekorasi pertamanya. Dengan modal yang terbatas, ia harus cermat memilih bahan, memastikan kualitas tetapi tetap hemat.

Di pasar, Aan berkutat memilih bunga-bunga yang segar. Mawar putih dan merah jambu, bunga favorit pelanggan pertamanya, yang konon ingin menciptakan suasana romantis di pesta kecil ulang tahun suaminya. Setiap kelopak, setiap warna, ia perhatikan dengan saksama, seolah-olah ini adalah mahakarya pertama yang harus ia sempurnakan. Ia belajar sendiri untuk mencocokkan warna, menata hiasan meja, dan meyakinkan diri bahwa semuanya akan berjalan sesuai harapan.

Sesampainya di rumah kos, Aan segera mulai merangkai dekorasinya. Kain putih ia potong dengan hati-hati, mencoba membentuk tirai kecil yang bisa digantung di sisi meja. Ia menghabiskan waktu berjam-jam untuk merapikan setiap elemen. Sesekali ia merasa ragu, apakah semua ini akan berfungsi? Apakah klien pertamanya akan puas? Pikiran itu terus menghantui, namun rasa semangatnya kembali ketika ia membayangkan pesta itu, wajah senang klien yang puas, dan hasil jerih payahnya menjadi nyata.

Pada hari yang dinanti, Aan tiba di lokasi pesta, rumah sederhana dengan taman kecil di belakangnya. Di sana, ia disambut oleh perempuan yang memesan dekorasinya, Mbak Rini, yang tersenyum ramah. "Aan, ya? Wah, senang sekali akhirnya ada yang bisa membantu dekor. Saya ingin suasana yang sederhana tapi hangat," katanya, memperlihatkan area kecil tempat pesta akan diadakan.

Aan mengangguk, tersenyum untuk menyembunyikan gugupnya. Ia mulai menata meja utama, memasang kain putih di atasnya, menempatkan bunga mawar dengan apik, dan menyalakan lilin-lilin kecil yang ia bawa. Setiap langkah, ia lakukan dengan hati-hati, takut kalau ada yang salah atau terlihat kurang pas. Ia bahkan tak sadar waktu berlalu begitu cepat, hingga matahari mulai terbenam, memberi warna keemasan pada seluruh dekorasinya.

Ketika akhirnya semua siap, Aan mundur beberapa langkah, memandangi hasil karyanya. Tampak sederhana, tetapi menurutnya, itu sudah cukup indah. Kain putih dan mawar yang ia tata memberi sentuhan lembut, sementara lilin-lilin menambah kesan hangat yang diminta Mbak Rini. Saat ia berbalik, ia melihat ekspresi puas di wajah Mbak Rini yang berdiri di sampingnya, menatap dekorasi itu dengan kagum.

"Wah, keren banget, Aan! Ini melebihi ekspektasi saya," puji Mbak Rini, matanya berbinar. "Kamu benar-benar punya bakat, ya?"

Aan hanya bisa tersenyum lebar, perasaan bangga memenuhi hatinya. Pujiannya membuat seluruh usaha dan keraguannya terasa tidak sia-sia. Di sanalah, di halaman belakang sebuah rumah sederhana, Aan merasakan sesuatu yang mendalam. Sebuah kebahagiaan yang berbeda, seolah-olah ia baru saja menemukan sesuatu yang memang harus ia lakukan dalam hidup ini.

Setelah selesai, Aan membantu membereskan tempat dan berpamitan pada Mbak Rini. Di perjalanan pulang, ia merasa ringan, seolah-olah udara malam memberi selamat atas langkah kecilnya yang pertama. Ia mulai percaya bahwa dekorasi bukan hanya sekadar menata bunga atau menggantungkan kain putih, tetapi sebuah seni yang harus dihidupi dengan hati.

Namun, perjalanan Aan tidak akan semulus itu. Meski pekerjaannya sukses, ia sadar bahwa ini baru awal. Tantangan lebih besar mungkin menunggunya di luar sana. Ia harus terus belajar, terus mencari tahu, dan yang terpenting, terus memiliki keberanian untuk melangkah. Setelah malam itu, Aan semakin yakin bahwa ia tidak akan berhenti.


Dua minggu kemudian, Aan menerima pesan kedua di akun media sosialnya. Kali ini dari seorang calon pengantin, yang ingin mencoba dekorasi sederhana untuk acara akad nikah. Dengan penuh semangat, Aan menyetujui pekerjaan itu, meskipun kliennya menegaskan bahwa dekorasi harus sangat sederhana dan sesuai anggaran yang terbatas.

Aan menghabiskan malam-malam berikutnya dengan merancang ide dekorasi yang lebih matang. Setiap kali ia mendapat inspirasi, ia langsung menggambar sketsa di buku catatannya. Ia mulai berlatih merangkai bunga dengan lebih teliti, mengatur lilin-lilin agar memberi kesan hangat, dan mencoba menciptakan kesan megah meski dengan bahan yang sederhana.

Ia tahu bahwa setiap pernikahan adalah momen istimewa, sebuah langkah hidup yang diinginkan para pasangan untuk dikenang selamanya. Bagi Aan, pekerjaan ini bukan sekadar tugas, tapi kesempatan untuk menjadi bagian dari cerita orang lain. Bagaimana bisa ia membuat momen mereka sempurna dengan keterbatasannya? Pertanyaan itu yang terus mengiringinya hingga saat akad nikah itu tiba.

Di hari pernikahan itu, Aan menyiapkan segalanya dengan rapi. Ia tiba di lokasi acara lebih awal, sebuah aula kecil yang diatur sederhana. Dengan hati-hati, ia menata tirai-tirai putih, menempatkan bunga-bunga melati di sudut-sudut ruangan, dan menyalakan lilin-lilin kecil di atas meja. Ketika tamu-tamu mulai berdatangan, Aan merasa lega melihat semua berjalan sesuai rencana.

Di tengah keramaian, ia melihat pasangan pengantin yang baru saja melangsungkan akad. Mereka duduk bersama di depan dekorasi yang ia buat, saling memandang dengan penuh cinta. Melihat senyum bahagia mereka, Aan merasa lebih dari sekadar puas. Ada perasaan haru, perasaan yang membuatnya sadar bahwa ia tidak hanya menghias sebuah ruangan, tapi juga menghiasi momen-momen berharga dalam hidup seseorang.

Di tengah pesta itu, Aan berkenalan dengan beberapa tamu yang memuji hasil kerjanya. Beberapa dari mereka bahkan meminta kartu namanya, yang dengan malu-malu ia akui bahwa ia belum punya. Sebagai gantinya, ia memberikan nama akun media sosialnya, berharap suatu hari nanti mereka akan menghubunginya untuk pekerjaan yang lain.

Setelah acara berakhir dan semua tamu pulang, Aan merasa telah melangkah semakin jauh dalam perjalanan ini. Malam itu, ia duduk di depan kamar kosnya, melihat kembali kenangan dua minggu terakhir. Pekerjaan kecil yang ia mulai dengan ragu-ragu kini membawa keyakinan baru dalam dirinya. Sebuah keyakinan bahwa ia bisa terus maju, menaklukkan keraguan, dan mewujudkan mimpi yang selama ini tampak seperti khayalan.

Saat bintang-bintang bersinar di langit malam, Aan menghembuskan nafas panjang. Ia tahu bahwa ini adalah awal yang panjang, sebuah perjalanan yang tidak akan selalu mudah. Namun, ada sesuatu yang kini telah berubah di dalam dirinya—sebuah tekad yang tak akan goyah. Tekad untuk terus melangkah, untuk terus menghiasi dunia dengan sentuhan kecilnya, dan suatu hari nanti, ia berharap, nama "Dekor Aan" akan dikenal sebagai salah satu dekorator terbaik di kota ini.

Terkait

 
© Wedding Organizer dan Persewaan alat pesta terlengkap: Tenda SUWUR: Persewaan Alat Pesta + Wedding Organizer | Sound system, tenda / terop, dekorasi, kuade / pelaminan, meja, kursi, peralatan makan, catering, prasmanan, panggung, karpet, taman indoor, piring, sendok, kipas angin, ac, diesel, asesoris, photo, video, wedding, prewedding, lukisan, karikatur, mobil, souvenir.